Senin, 01 Agustus 2016

Ketika harus memilih saat tak ada pilihan

Hari ini lagi-lagi sahabat dekat di kantor terpaksa cuti. Kenapa terpaksa? Karena bila boleh mengikuti keinginan maunya masuk kantor. Apa daya itu bukan pilihan. Alasan klise ibu rumah tangga yang juga bekerja kantoran, mbak yang jaga anak pulang kampung.                                                   
Selama ini seolah ada pembedaan Perempuan bekerja versus Ibu Rumah Tangga. Padahal menurut penilaian saya semua Perempuan bekerja juga merupakan Ibu Rumah Tangga. Apa sebenarnya yang membedakan seorang Perempuan bekerja dengan Ibu Rumah Tangga?? Apakah Perempuan bekerja artinya kurang dekat secara fisik dengan anaknya karena anak di rumah Perempuan bekerja di kantor? Apakah kedekatan emosional hanya bisa dibuat dengan kuantitas waktu kebersamaan?     

Sudahlah. Tak akan habis pertentangan mengenai hal ini. Yang saya tahu sahabat dekat saya juga melakukan pekerjaan Ibu rumah tangga seperti memasak untuk bekal sekolah anaknya, mencuci baju keluarga intinya yang terdiri dari suami dan anaknya. Mencuci dengan tanfan lho ya, tidak pakai mesin cuci. Sahabat saya bangun lebih pagi untuk mempersiapkan semua itu ya mencuci ya memasak. Keduanya harus sudah selesai sebelum dia berangkat ke kantor. Dimana kantor kami masuk jam 8 pagi dan tidak mentolerir keterlambatan. Jadi buat saya sahabat dekat saya adalah Perempuan bekerja yang juga Ibu rumah tangga.                                      

Jadi walaupun ada mbak yang membantu menjaga anaknya, membantunya memasak, membantunya setrika baju tetap dia juga melakukan semuanya dan memastikan perkerjaan rumah tangga yang dilakukan mbaknya.                                      

Jadi apa yang harus dipilih ketika pilihan itu tidak ada?      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar