Jumat, 23 Februari 2018
Luruh bersama hujan
Kabar kurang menyenangkan terjadi dalam perjalanan menuju Sari Ater. Beredar foto Martupol yang di share di grup menimbulkan bully terhadap bro. Meskipun mungkin saja dia sudah move on forgive and forget. Sisi emosional yang tak terlihat membuat bertanya-tanya. Agak mengganggu dengan polling dan perkataan beberapa orang di grup. Untungnya hal itu tidak memengaruhi tanggung jawab bro sebagai seksi dokumentasi. Hujan deras mewarnai perjalanan saat kami makan siang di Saung Punclut. Nasi tutug oncom, ikan asin, sambal terasi, kerupuk serta lalapan. Hujan tersisa gerimis ketika acara makan siang selesai. Sampai di Sari ater langsung lanjut pembagian tenda. Setelah menaruh tas dan segala perlengkapan kami mulai acara lomba. Ada lomba balap karung, lomba bakiak, lomba bawa balon serta lomba tarik tambang. Peraturan lomba tarik tambang adalah setiap kali terdengar musik peserta harus berhenti dan berjoget lalu melanjutkan kalau musik dimatikan. Lomba bakiak mengharuskan peserta yang di tengah berhadapan dengan peserta yang paling belakang. Jadi peserta yang di tengah berhalan mundur. Lomba balon juga peserta menaruh balon di punggung dan tidak boleh pecah sambil berjalan dan berjoget. Sementara lomba balap karung peserta dikalungi balon berisi air. Seru, lucu saat lomba berlangsung.
Rabu, 21 Februari 2018
Positive Advice
Tadi makan siang di Pendopo setelah sekian lama. Ketemu sama salah satu gerobak yang levelnya sudah bos. Abang satu ini saya juluki The Master. Karena menurut saya beliau ahli apabila di tanya soal yang cukup pelik. Obrolan kami antara lain membahas tentang salah satu rekan gerobak ito pamulang. Mantan rekan kami itu ternyata per November sudah resign dari kantor tempat dia bernaung dan fokus menjadi driver online. Salah satu nasehat dari the Master adalah jangan membiarkan omongan negatif masuk ke dalam otak. Khususnya untuk hal yang tidak berpengaruh secara langsung terhadap diri kita. Misalnya mendengar seseorang di marahi di depan kita. Otomatis kita akan mendengar perkataan amarah oknum tersebut. Sehingga secara tidak langsung otak akan memproses hal tersebut di mana apabila dibiarkan akan membuat mood kita menjadi negatif juga. Bahkan mungkin kita akan berpikir kalau oknum tersebut tidak berhak untuk marah di depan umum seperti itu. Segala hal negatif yang bersliweran sebisa mungkin harus kita tolak dari awal. Bahkan jangan sampai masuk kuping kiri keluar kuping kanan. Sebab hal itu menunjukan bahwa perkataan tersebut lewat telinga kita yang walaupun cuma numpang lewat namun tersimpan dalam memori otak. Bersihkan segala pikiran dari perkataan negatif. Dengan apa kita menjaga kelakuan kita bersih tentu saja dengan menjaganya sesuai firman Tuhan. Itu adalah kunci memiliki motivasi yang terus diperbaharui dalam bekerja. Sebab demotivated amatlah berpengaruh apabila kita berniat untuk bekerja dengan senang. Karena itu hindari orang-orang atau berita negatif yang mungkin lewat di depan kita. Jangan ikut terpengaruh akan hal itu. Senantiasa meningkatkan motivasi atau setidaknya motivasi kita tetap stabil. Dengan demikian ketika kita berangkat kerja maka kita akan semangat menjalaninya. Usahakanlah kesejahteraan kota kemana kita di buang sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraan kita juga. Semangat yang kita miliki dalam menjalankan pekerjaan akan membuat "kota" yang kita tinggali menjadi sejahtera. Sebab apabila segala pekerjaan kita dilakulan dengan hati senang niscaya hasilnya akan maksimal maka kesejahteraan mengikuti.
Kamis, 15 Februari 2018
Pengambilan passport
Akhirnya tepat 4 hari kerja setelah pembayaran pasport dapat diambil. Karena saya memang bermaksud mengambil sendiri maka sengaja izin datang telat. Sesuai dengan stempel di tanda terima bahwa pengambilan passport di layani mulai jam 10.00 - 14.30 wib. Karena saya berniat bebersih rumah dengan mengepel maka baru bisa berangkat jam 10.00 wib. Kondisi cuaca yang tidak menentu awalnya hujan lalu berhenti lalu hujan lagi. Pada saat sedang mandi hujan turun lumayan deras. Berangkat di antar kakak naik motor. Puji Tuhan selama perjalanan menuju kantor imigrasi hujan tidak turun. Setibanya di sana langsung menuju loket di depan. Diarahkan untuk memberikan berkas tanda terima beserta bukti pembayaran ke petugas yang berada palung kanan. Lagi-lagi saat petugas sedang memasukan data agar dapat memberikan nomor antrian, komputer mengalami kesulitan dalam input data. Akhirnya komputer harus di re-start dulu. Syukurlah walaupun terasa lama akhirnya nomor antrian dapat di cetak. Selanjutnya saya diarahkan menuju bagian samping gedung. Ternyata tempat pengambilan passport berada di samping dapat diakses dari dalam melalui pintu keluar tang dekat toilet. Saat mengantri hujan kembali turun. Nomor antrian yang sudah dipanggil ternyata sudah mencapai angka 18. Sementara nomor antrian saya 36. Saya bertanya-tanya akan berapa lama sampai akhirnya saya menerima passport. Ternyata tak lama. Seorang ibu yang duduk di samping saya berksta bahwa dia no antrian 33 dan segera masuk ke dalam ruangan tak lama setelah no 31 di panggil. Ketika si ibu keluar beliau memberitahu saya bahwa petugas sedang melayani antrian no 35. Wah, ternyata tidak lama prosesnya. Akhirnya no urut saya di panggil. Segera saya memberikan ke petugas berkas yang diperlukan. Oleh petugas saya diminta tanda tangan di bagian penerimaan dari tanda terima tersebut. Lalu passport saya diberikan dan di suruh mengisi data kepuasan di mesin yang ada di depan loket dengan menscan barcode tanda terima ke lampu berwarna merah. Setelah di scan muncul beberapa pertanyaan yang tingal di pencet jawabannya. Setelah semua kriteria diberikan jawaban maka pencet selesai. Lalu tanda terima dikembalikan ke petugas beserta id yang diberikan saat akan masuk ke dalam gedung. Yeayyy. Akhirnya saya punya passport juga. Sudah dapat berwisata ke luar negeri. Semoga segala yang direncanakan berjalan lancar. Amin.
Selasa, 13 Februari 2018
BSA
BSA adalah Bank Sampah Amarapura. Kemarin adalah ketiga kalinya saya memberikan sampah ke BSA. Sebelumnya sampah yang terkumpul berupa botol plastik hampir 2 karung besar. Pada pengumpulan sampah kali ini saya sengaja ambil cuti. Mengingat sampah sudah menumpuk dan harus segera diberikan agar kamar belakang tidak kotor. Adapun BSA sebenarnya sudah berdiri sejak saya menempati rumah di komplek ini. Namun baru pertengahan tahun kemarin memanfaatkannya. Sebab bank sampah selalu diadakan di hari kerja dan pada berlangsung sejak pukul 9 sampai jam 2 siang. Sehingga apabila saya tidak cuti agak ragu juga seandainya coming late sedangkan kepastian jam berapa sampah di ambil belum jelas. Selain itu saya bermaksud melihat jumlah tabungan saya dan menyimpan buku tabungan bank sampah agar dapat dicek sudah berapa nominal yang terkumpul.
Sabtu, 10 Februari 2018
Setelah 2 tahun
Jumat kemarin adalah pertemuan kembali dengan Azizah. Sebelum bertemu saya mengecek postingan saat terakhir kami di kantor. Ternyata sudah 2 tahun berlalu tertulis di memori tersebut. Beberapa waktu sebelumnya kami berkomunikasi via WA dan mengatur janji temu. Kesepakatan tercapai untuk bertemu Jumat 9 Februari 2018 di GI saja. Pilihan tempat di GI agar memudahkan dalam transportasi khususnya saat pulang. Dikarenakan Kamis saya cuti dalam rangka pembuatan passport maka saya tidak dapat pulang tenggo di hari Jumat. Saya baru bisa keluar kantor sekitar jam 6 sore. Yang tidak diperkirakan adalah cuaca hujan yang membuat kopaja dan metromini sangat padat. Bahkan jalur busway di halte dukuh atas yang dekat girlan dipenuhi antrian mobil yang akan turun ke bawah gedung BNI lama. Alhasil transjakarta akhirnya tidak dapat berhenti di halte dan mengambil jalur kanan melaju terus sampai stasiun Sudirman. Akibatnya saya terpaksa jalan kaki ke stasiun demi mendapat kendaraan. Bermaksud naik grabnow namun ternyata aplikasi meski sudah di upgrade tidak dapat melakukan pesanan ojek online. Akhirnya naik transjakarta berikutnya yang berhenti depan stasiun Sudirman tangga atas dan meurunkan penumpang yang amat banyak. Saya terpaksa turun di halte tohsari dan melanjutkan dengan berjalan kaki ke GI. Setibanya di GI saya bergegas menuju Foodprint di lantai 5. Akhirnya saya menemukan Azizah duduk di seberang restoran sari ratu. Setelah menempatkan diri disebelahnya langsung tukar kata tukar cerita terjadi. Tujuan utama saya bertemu adalah menanyakan mengenai pengobatan yang pernah dijalani ibu mertua Azizah di Melaka. Bagaimana prosedurnya berapa biayanya bagaimana dengan akomodasi dan transportasi bagaimana diagnosa dokter bagaimana hasil yang didapat setelah berobat dan sebagainya. Sangat panjang dan cukup rinci urutan ceritanya sehingga membuat saya memiliki gambaran akan seperti apa nanti di tempat berobat yang saya tuju. Lalu kami berpindah tempat untuk makan malam dan mencari lokasi makan yang lebih private. Pilihan pertama Marugame antrian panjang pilihan kedua Sushi Tei antrian 130 masih sekitar setengah jam lebih akhirnya kami memilih restoran Tomyam di lantai 5 yang berada di ujung. Sambil menyantap semangkuk tomyam beserta ayam nanking kali ini cerita berpindah mengenai sahabat kami dan juga sekilas tentang kehidupan rumah tangga. Kami juga bertukar cerita mengenai kakak saya dan adik Azizah yang memiliki pergumulan masing-masing. Terselip juga cerita bagaimana hari-hari yang dijalani setelah resign. Betapa tak habis rasa syukur karena dapat melewatinya dengan segala permasalahan dan jalan keluar yang telah Tuhan sediakan. Tak terasa waktu menunjukan pukul 21.30 WIB yang membuat saya terperangah. Tiba saat berpisah dengan Azizah. Saya dipesankan grabnow ke stasiun terdekat. Sampai bertemu lagi di lain kesempatan. Sampai nanti ada waktu bertukar kata disertai cerita. Miss you Azizah. Terima kasih untuk waktu yang telah kau sediakan serta traktirannya. Semoga saat berjumpa lagi kita berkumpul bersama sahabat kita sehingga dapat saling menguatkan dan memberi penghiburan.
Kamis, 08 Februari 2018
Yuk bikin passport
Sehubungan dengan rencana berobat ke negeri tetangga, salah satu yang wajib di miliki adalah passport. Sementara hubby sudah bikin duluan saat akan wisata bersama rekan kerjanya ke Thailand. Saat itu hubby daftar secara manual. Maksudnya datang langsung pagi sekali untuk ambil nomor antrian. Mirip dengan pengambilan nomor antrian BPJS. Siapa yang datang pagi akan lebih cepat terlayani. Namun sejak akhir tahun lalu pendaftaran nomor antrian passport menggunakan antrian online. Terlebih dulu download antrian passport di playstore. Lalu daftar untuk akun supaya bisa login. Setelah bisa login maka aktifkan lokasi sehingga dapat memilih kantor imigrasi mana untuk tempat pengajuan passport. Yang menjadi kendala adalah harus rajin mengecek ketersediaan kuota. Beberapa kali login antrian passport selalu kuota habis silakan pilih kantor imigrasi lain. Mau yang Jakarta Utara Timur Selatan Barat Tangerang Serang Bandung Depok saat mau daftar selalu maaf kuota sudah habis. Mengecek Sabtu Minggu Jumat sore juga belum beruntung. Saat sudah pasrah sambil mengecek saya akhirnya diijinkan Tuhan mendapat kesempatan kuota tersedia di imigrasi Depok. Syukur Puji Tuhan langsung saya daftar masukan nomor identitas dan pilih hari serta jam layanan. Setelah selesai daftar saya mendapat verifikasi berupa QR Code yang di kirim ke akun antrian passport pada kolom jadwal dan dapat di cek di email serta di file hp. Di situ tertera hari dan jam saya harus antri serta menyiapkan fotokopi beserta dokumen asli yang wajib di bawa saat pendaftaran. Harus menjadi perhatian bahwa fotokopi semua dalam ukuran A4. Khususnya fotocopy KTP jangan dipotong kecil sesuai ukuran asli. Dokumen yang diperlukan yaitu KTP, Kartu Keluarga, Akte Kelahiran, Surat Nikah. Apabila belum menikah bisa berupa Ijazah atau Surat Baptis. Saat datang di pos depan kita akan diberikan formulir yang harus di isi. Jangan lupa siapkan materai untuk salah satu formulir yang harus kita isi. Setelah formulir di isi diserahkan ke bagian pos depan lalu kita mendapat kalung id dengan nomor antrian. Sesuai data kode QR jadwal saya adalah jam 11 - 12 siang. Makanya saya baru datang jam setengah sebelas. Kemudian saat saya masuk ternyata masih antri lagi untuk verifikasi dokumen asli dan fotocopy. Nomor antrian verifikasi saya adalah 123. Setelah nomor saya dipanggil segera saya menuju loket dan memberikan dokumen berupa kode QR dan dokumen asli serta fotocopy. Oleh petugas fotokopi dokumen diambil dan ditaruh di map. Kemudian saya menunggu dipanggil untuk foto antrian dan diserahkan map yang diberi no antrian lagi untuk wawancara dan foto. Kali ini saya mendapat no urut 110. Sebelumnya saat duduk mengantri saya ngobrol dengan orang yang duduk disebelah. Ketika mengantri untuk wawancara dan foto kembali duduk bersebelahan dengan orang yang sama. Alhasil kami melanjutkan ngobrol. Beberapa saat kemuadian saya dipanggil untuk wawancara dan foto. Ternyata hal tersebut tidak dilakukan bersamaan. Pertama kita di wawancara terlebih dahulu. Saat di wawancara semua dokumen fotocopy di scan dan map yang berisi fotocopy di beri nomor lagi. Selesai wawancara kembali disuruh duduk di bangku merah untuk antri foto. Waktu saya akhirnya dipanggil untuk foto ternyata kameranya bermasalah sehingga hasil foto tidak online ke sistem. Itu adalah loket 1 dan saya dilayani oleh seorang mbak bernama Sylvi. Berbarengan saat saya dilayani oleh mba Sylvi, di loket 2 seorang ibu bermaksud memperpanjang passport. Namun menurut petugas yang kalau tidak salah bernama Pak Lukman sang ibu disarankan memperpanjang passportnya nanti saja sekitar dua bulan sebelum ibadah hajinya akan dilakukan. Karena katanya sayang kalau sudah perpanjang passport tapi tidak dipergunakan. Sebab ternyata ibu tersebut baru akan menunaikan ibadah haji masih beberapa tahun lagi. Karena kamera loket 1 masih error dan ibu di loket 2 tidak jadi perpanjang passport maka saya pindah ke loket 2. Disinilah terjadi hal yang kurang menyenangkan. Saya diambil fotonya lalu diambil sidik jari kesepuluh jari. Ketika dibacakan ulang datanya ternyata bukan data saya namun data ibu sebelumnya yang tidak jadi perpanjang. Namanya Neneng sesuatu dan lahir tahun 60an. Asumsi saya saat ibu tersebut batal datanya masih belun log out makanya ketika saya di foto dan ambil sidik jari masih data ibu tersebut. Akibatnya saya terpaksa menunggu lagi karena perbaikan data yang harus dilakukan oleh petugas. Ketika menunggu perbaikan data tersebut saya kembali duduk disebelah ibu tadi ngobrol bareng. Akhirnya kami berkenalan dan namanya bu Lina serta sebelahnya namanya Evi. Ketika mereka berdua sudah selesai foto saya kembali menanyakan nasib saya ke petugas. Saya diberitahu petugas bernama pak Wibowo bahwa permasalahan saya sedang diatasi. Laporan sudah dibuat untuk mengklarifikasi kesalahan foto dan sidik jari saya yang tercantum dalam data bu Neneng sesuatu itu. Namun tetap saja saya kembali harus menunggu sampai dipanggil lagi oleh petugas. Akhirnya setelah mulai bosan menunggu saya dipanggil untuk foto. Lalu saya mendapat surat keterangan untuk pengambilan passport beserta struk untuk melakukan pembayaran biaya passport sebesar Rp. 355.00,00 saja. Oh iya satu informasi tambahan. Pembayaran dapat dilakukan di bank dan kantor pos. Nah, di depan kantor imigrasi Depok sudah stand by mobil pos yang dapat dijadikan tempat pembayaran. Namun harus tunai ya. Setelah membayar maka akan dapat bukti pembayaran yang akan digunakan untuk pengambilan passport. Passport dapat diambil dalam jangka waktu 4 hari kerja setelah kita melakukan pembayaran. Jadi passport saya seharusnya sudah dapat di ambil pada Kamis minggu depan. Semoga saat pengambilan passport tidak ada kendala apapun. Sebab menurut kakak saya yang menemani saat dia sedang menunggu saya ada orang yang mau ambil passport namun ternyata passport milik orang tersebut belum tercetak. Entah mengapa demikian karena saya juga tidak mendapat informasi lain apakah karena orang tersebut mengambil sebelum waktunya, apakah ada kesalahan informasi mengenai pengambilan passport atau bagaimana. Lama waktu saya antri sampai selesai sekitar setengah hari. Awalnya jam setengah sebelas mulai isi formulir selesai sampai melakukan pembayaran jam setengah lima. Dimana seharusnya apabila tidak ada kesalahan foto dan sidik jari yang masuk ke data orang maka saya sudah selesai jam tiga atau setengah empat. Demikian lika liku suka duka pembuatan passport yang saya alami.
Selasa, 06 Februari 2018
Bubur Ayam
Siang ini kembali ke Bukopin untuk melakukan cetak transaksi. Mampir ke FX beli bubur tiga rasa di Imperial Kitchen & Dimsum. Selain di sini sudah pernah merasakan bubur Tawan dan bubur mangga besar. Untuk masalah ukuran ketiga jenis bubur sama banyaknya. Namun untuk harga menurut saya bubur mangga besar lebih mahal sebab pilihan isi lebih variatif. Terakhir makan bubir mangga besar berempat total sekitar Rp. 300.000,-. Sementara untuk bubur tiga rasa seporsi Rp. 40.000 dan bubur tawan juga kisaran harga yang sama. Mungkin lain kali belajar bikin bunur sendiri dengan bumbu yang enak. Zaman now segala sesuatu bisa dipelajari dari youtube. Sebab isian bunir seperti udang,ikan dan telur pitam toh dapat di beli terpisah. Apalagi kalau lagi tidak nafsu makan sepertinya pilihan makan bubur jenis di atas dapat menggugah selera. Tentu saja beda dengan bubur ayam Cikini atau bubur ayam landmark atau bubur ayam cirebon atau bubur ayam abang-abang yang lewat depan rumah. Ada harga ada rasa. Memang tak dipungkiri bahwa harga adalah salah satu komponen yang menentukan rasa sebuah makanan.
Senin, 05 Februari 2018
Hujan dan gangguan kereta
Hujan kali ini masih turun di awal Februari. Mungkin karena belum melewati Sincia maka belum selesai air tercurah dari langit. Seperti Kamis kemarin ketika kereta mengalami gangguan karena ada rel patah antara stasiun kebayoran dan pindok ranji. Konon rel patah karena tertimpa pohon yang jatuh akibat tiupan angin disertai hujan. Hal paling sering terjadi saat hujan adalah matinya LAA alias Listrik Aliran Atas. Hujan yang turun sejak siang membuat cuaca kurang nyaman. Khususnya apabila menjelang pulang ternyata hujan masih berupaya jatuh ke bumi. Karena itu maka terjadilah kondisi mati LAA entah di mana. Efek domino membuat antrian kereta padat dan jadwal terganggu. Saya sudah pulang sejak jam 6 kurang dan sampai di stasiun tanah abang jam setengah 7. Ada kereta di jalur 5 yang padat tak lama muncul kereta di jalur enam. Lalu setelah kedua kereta berangkat masuk lagi kereta hanya sampai Serpong di jalur 5. Karena tidak dapat duduk saya menunggu kereta berikutnya saja. Syukurlah saat kereta yang saya tunggu masuk di jalur 6 saya posisi depan pintu walaupun mendesak penumpang yang sedang turun dan panggul terkena tas orang sampai tulangnya sakit setidaknya saya dapat duduk. Saat bertanya ke mba Rani yang bareng sama Olfa ternyata jam 19.15 Wib baru mau masuk tol Taman Anggrek. Sepertinya keputusan yang tepat untuk tetap naik commuter. Oh iya saat menuju stasiun Sudirman saya naik bus transjakarta yang ternyata bukan bus gratis. Jadi kena biaya Rp. 3.500 dari halte depan Gedung Taspen sampai ke stasiun Sudirman. Lain kali sepertinya harus lebih teliti lagi kalau mau naik transjakarta.
Langganan:
Postingan (Atom)