Selasa, 12 Desember 2017

Rainy Cloudly Cold December

Semakin seringnya hujan turun di sore hari seakan memantapkan pernyataan bahwa bulan yang berakhiran ber pastilah diwarnai musim hujan. Hari ini kembali tertahan di stasiun Serpong menanti hujan berhenti atau setidaknya hanya berupa segaris gerimis. Kali ini ada perih dan sesak yang menyergap perlahan saat menerima kabar kelahiran. Hati dan otak bertarung dan setitik air mata jatuh diantaranya. Lagi dan lagi pertanyaan yang sama. Kenapa? Kapan? Apa? Berputar seperti marmut yang ada dalam roda. Tak jua kuketahui jawabnya. Sendu dan rindu melilit saling kait. Impian dan khayalan saling tarik menarik mengajak hati ikut bercengkrama. Tak terbilang tak terhitung daya upaya mengingatkan hati yang dilakukan otak. Segala emosi negatif hanya merugikan dirimu sendiri kata otak kepada hati. Namun hati senang menyakiti dengan bertanya-tanya sampai dimana ujungnya. Dalam bentuk apa jawabannya. Bagaimana mengikhlaskan mensyukuri agar tidak tergelincir jatuh dalam kehampaan. Kata kalimat tak mampu menjabarkannya. Meski ada teman juga melewati masa penantian yang sama. Akan tetapi kami tak dapat saling bercerita. Pergumulan ini melelahkan jiwaku. Semangatku layu dan kering. Kemana akan kau bawa aku ya Tuhan? Sebenarnya Kau inginkan apa dariku? Mengapa begitu sulit memahami rencanaMu yang memberi hari depan penuh harapan. Tak terjangkau pikiranMu tak terselami jalan-jalanMu. Rasanya terlampau jauh jarak kita ya Tuhan hingga yang kurasakan seolah Kau palingkan wajahMu dan acuhkan doaku. Aku sedih kecewa merana hanya karena satu hal ini. Padahal begitu berlimpah kasih setiaMu yang besar dalam hari-hari yang kujalani. Sungguh kuminta kuatkan dan hibur aku ya Tuhan. Sampai kumampu menaikan syukur dan kemuliaan hanya bagiMu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar