Karena mas Renggo masih dalam rangka menanti masuk di sekolah yang baru yaitu di Efata maka disepakati bahwa kami akan liburan.
Sebelumnya sempat terpikir untuk ke Bandung tapi mengingat macet dan jauh akhirnya batal. Cari yang terdekat di Bogor tapi pilihan tempat wisatanya kurang pas.
Terbersit keinginan mas Renggo dengan usulan bagaimana kalau ke Sukabumi saja mengunjungi lek Nus. Karena sudah lama sekali mas Renggo memiliki keinginan sowan kesana. Saya pernah ke Sukabumi sewaktu lek Nus sakit dan dirawat di RS tempat tante Tuti bekerja. Itu sudah lama sekali menjenguk kesana bareng sama mba Rani berangkat sama-sama dari Depok naik bis MGI.
Karena sudah diputuskan akan ke Sukabumi maka dicari tanggal yang pas. Berhubung bulan puasa kami memilih minggu ketiga dengan pertimbangan kalau minggu terakhir akan bareng dengan arus mudik. Selain ke rumah lek Nus kami juga akan ke Cibodas dengan harapan bisa wisata ke Gunung Gede tempat Sinto Gendeng menggembleng muridnya Wiro Sableng. Saya sudah ajukan cuti seminggu dari 20 sampai 24 Juni 2016. Namun kami berangkat Jumat 17 Juni 2016 dimana saya masih punya cuti special leave.
Pada hari Jumat ketika sudah siap berangkat rencana akan naik bis arah Bogor dari depan stasiun Serpong. Namun melihat bawaan yang berat saya tawarkan alternatif naik grabcar saja dan mas Renggo setuju. Biaya grabcar dari Serpong ke Baranangsiang 159.000 namun tol bayar sendiri dengan biaya total tol sekitar 40.000 Rupiah. Sampai baranangsiang naik bis arah Pelabuhan ratu untuk menuju Cicajur rumahnya lek Nus. Bisnya 20.000 per orang. Dengan andalan google maps kami turun terlalu cepat dan dijemput pakai motor lik Nus.
Awalnya kami bermaksud ke Selabintana, gunung Padang, Kawah ratu dan air terjun disekitaran Sukabumi. Setelah berbincang dengan lik Nus dan tante Tuti akhirnya diputuskan tujuan wisata adalah ke air terjun di dekat Javana Spa. Namun dikarenakan dari pagi hujan terus kami tidak bisa ke kawah ratu karena saat hujan gas dari kawah ratu berbahaya apabila terhirup bisa mengakibatkan kematian. Maka Sabtunya walaupun masih gerimis kami tetap berangkat karena memang hanya Sabtu kami bisa wisata di Sukabumi mengingat Minggu pasti ke gereja dan Senin sampai Rabu Elsa dan Martha akan reatret Cicisuci di Puncak.
Kami menyewa mobil tetangga depan rumah lek Nus dan sopirnya adalah sopir sewaan yang biasa dipakai oleh kantor tante. Perjalanan menuju Javana spa sangat mencekam karena masih gerimis sehingga udara sangat dingin dan berkabut. Berhubung letaknya yang dipegunungan maka jalan kesana berbelok curam dan menanjak tajam. Untungnya sopir kami berpengalaman. Ketika sampai didepan gerbang Javanaspa mobilnya mogok dan terpaksa minta bantuan karyawan dan satpam disitu.
Perjalanan ke air terjun awalnya biasa namun saat sudah mulai menuruni tangga curam dan pegangan yang kurang meyakinkan akhirnya sampai juga di air terjun. Puas foto selfie wefie dan foto lainnya kami kembali dan melihat ada saung lalu beristirahat disitu. Di saung ketahuan bahwa di kaki kami masing-masing ada pacet yang menghisap darah karena saat pacet ditarik paksa kaki kami berdarah terus dan baru berhenti setelah digosok dengan daun sesuatu lupa namanya. Yang parah adalah Martha karena ada beberapa pacet dikakinya dan darahnya tidak berhenti mengalir sampai kami kembali ke gerbang Javana spa. Oh iya Javana spa berdiri sudah sejak zaman pak Harto. Javana Spa adalah milik salah satu mentri era beliau.
Saat akan ke Sukabumi kami tidak mengetahui kalau Elsa akan ditahbiskan SIDI. Maka sungguh suatu kebetulan ketika kami dapat menghadiri acara SIDI di GKI Cicurug bersama keluarga lek Nus. Ada mamanya tante Tuti, ada kakaknya tante Tuti beserta istri dan anaknya Josephine dan Jasmine. Ada sedikit drama sebelum SIDI mengenai baju Elsa yang kurang sreg disebabkan salah pengertian antara tante Tuti, Elsa dan si penjahit sehingga hasilnya belum sesuai kemauan Elsa. Lalu ada juga pemindahan acara SIDI ke ibadah kedua. Hal itu dikarenakan ibu-ibu suku tertentu yang mengatakan bahwa mereka harus kesalon dulu sehingga kalau ibadah pertama terlalu pagi dan ke salon butuh waktu. Yang SIDI siapa yang rempong emaknya ingin eksis dan narsis kekinian.
Pulang gereja pesanan grabcar tidak dapat driver akhirnya diputuskan naik angkot ke Ciawi dilanjut dengan bis ke Cibodas. Naik angkot lebih murah hanya 15.000 per orang sementara bisnya sama dengan biaya bis ke pelabuhan ratu. Kami langsung berangkat jam 2 siang karena menghindari buka tutup lalu lintas arah naik dan turun dari puncak.
Mengandalkan googlemaps dan kenek bis kami turun di Cibodas. Namun karena tidak mengetahui letak penginapan yang kami tuju akhirnya kami menggunakan ojek. Tukang ojeknya tidak tahu persis letak penginapan hanya ancer-ancernya saja. Kami memilih Tangko Inn Resort setelah googling dan melihat bahwa letaknya paling dekat ke kebun raya Cibodas dan Gunung Gede. Di perjalanan saya telepon terlebih dahulu untuk reservasi dan menanyakan harga. Ternyata harga di booking.com sama dengan harga go show yaitu 420.000 per malam. Saat sampai di penginapan langsung kami cek in untuk 2 malam dulu. Mengingat hanya kami tamu yang menginap maka yang seharusnya kami di kamar standar dekat kolam renang dengan harga tersebut kami mendapat up grade ke kamar dengan balkon. Sangat menyenangkan dan tak terduga.
Karena kami cek in sudah sore dan saat turun dari bis langsung naik ojek maka kami tidak sempat membeli makanan untuk makan malam. Akhirnya kami dibantu staff penginapan untuk dibelikan makan malam nasi goreng seafood dan sate kelinci plus nasi dan kerupuk. Kami berikan uang 100.000 dan dikembalikan 20.000 yang kami tambahkan 5.000 untuk uang tip. Total biaya makan malam plus tip 105.000 deh. Sebelumnya kami juga berbincang mengenai bagaimana ke gunung gede dan rencana sewa motor. Namun terpaksa kami urungkan niat ke gunung gede karena ternyata itu adalah rute pendakian tidak bisa untuk wisata. Pilihannya adalah Taman Bunga Nusantara dan Kebun raya Cibodas. Maka kesitulah kami pergi.
Biaya sewa motor adalah 150.000 per hari tidak termasuk bensin. Pertimbangannya adalah kalau sewa mobil kisaran 300.000 maka sewa motor setidaknya setegahnya. Dengan motor dan sekali lagi google maps kami menelusuri jalan mencari Taman Bunga Nusantara sebagai tujuan pertama.
Sayang di taman bunga nusantara kami hanya sebentar. Kami menaiki bis warna kuning dengan biaya 40.000 per orang sudah termasuk tiket masuk. Sebelum bis kembali ke gerbang depan kami turun dan masuk ke rumah kaca. Karena tongsisnya error jadi tidak bisa foto berdua dan mas Renggo juga tidak mau minta tolong orang karena tidak mau merepotkan. Keluar dari rumah kaca kami ke taman Jepang namun menurut saya biasa saja karena kurang menunjukan suasana Jepang. Di taman Jepang ada yang foto pre-wedding tapi calon pengantin pria bajunya pakai kemeja saja dan menurut saya njomplang dengan wanitanya karena calon pengantin wanita full make up, well dress banget. Keluar dari Taman Jepang kami melihat 3 pasang yang juga sedang pre-wedding. Lokasinya memang bagus buat foto-foto. Sedihnya karena cuaca gerimis dan mas Renggo kakinya pegel-pegel sehabis dari air terjun di Javana spa kami langsung pulang supaya tidak kena hujan. Padahal saya masih ingin ke taman Paris, taman Belanda namun apa daya.
Perjalanan menuju penginapan akhirnya berbelok kekiri menuju kebun raya Cibodas meski waktu menunjukan jam 4 sore. Demi menyenangkan hati saya mas Renggo melewatkan makan siang dan istirahat. Kami masuk kebun raya Cibodas dari pintu belakang dengan biaya 25.000 untuk 2 orang dan 1 motor. Suasana sangat mencekam dengan udara dingin dan langit sore yang gelap. Amat susah menentukan mau lewat mana dan mau kemana karena tidak ada orang yang bisa ditanya. Meskipun ada peta tetap membingungkan. Kami mencoba jalan kecil namun dikarenakan motornya susah dikendalikan dan mas Renggo sangat peduli dengan keselamatan maka diputuskan lebih baik kami pulang saja.
Mencari jalur keluar dari kebun raya Cibodas juga kesasar karena ada rambu satu arah sehingga kami berputar-putar. Ketika hampir menuju pintu keluar mas Renggo melihat papan petujuk taman Sakura. Oh iya, saat melihat peta saya berkata bahwa ingin ke taman sakura. Karena kami juga bingung dengan jalur di dalam maka fokusnya adalah mencari jalan keluar. Mana saat belok naik turun ada turunan berbelok yang curam dan ada rambu hati-hati turunan curam. Kami putar balik dan akhirnya sampai ke pintu keluar 2 namun ternyata terkunci. Kami cari lagi dan ketemu dengan pintu 1 beserta papan petunjuk arah taman sakura. Karena kaki mas Renggo belum bisa jalan jauh maka saya berusaha menelusuri dimana sebenarnya letak taman sakura. Setelah berjalan sangat jauh dan naik turun saya putuskan balik saja. Tak dinyana bertemu dengan pegawai kebun raya Cibodas yang memberitahu letak taman sakura dibawah ikuti saja alur jalannya. Bergegas saya datangi mas Renggo dan kami naiki motor untuk menuju taman sakura. Berhubung masih bulan Juni maka sakura belum berekembang. Kalau mau melihatnya berkembang harus datang sekitar Juli - Agustus itupun jangan hari libur atau weekend karena pasti akan penuh sesak. Puas foto-foto akhirnya kami pulang dan diperjalanan mampir ke warung untuk beli makan malam.
Sampai penginapan kami langsung mandi dan istirahat. Sempat ada kejadian aneh yaitu saya mendengar suara benda jatuh diluar kamar kami namun saya berusaha mengabaikan karena tidak mau ketakutan sendiri. Kami makan malam di balkon yang walau tidak ada meja tetap seru dan mengasyikan. Kursi dikamar dikeluarkan ke balkon sebagai pengganti meja. Untungnya kami juga mampir ke warung sebelum ke kebun raya Cibodas dan membeli cemilan.
Karena kami tidak jadi ke gunung gede kami putuskan cek out saja pada hari kedua menginap. Tambahan lagi kami laundry beberapa potong baju dan pakaian dalam dikenakan biaya 75.000 yang menurut saya mahal apabila dibandingkan dengan laundry kiloan. Namun didesak kebutuhan mas Renggo kehabisan celana pendek dan celana dalam bersih ya fasilitas laundry memang harus kami gunakan.
Sebelum cek out kami menikmati fasilitas lainnya yaitu kolam renang. Airnya dingin sekali pertama masuk kolam namun setelah tubuh kita menyesuaikan tidak masalah. Foto-foto di kolam renang walaupun akibat tongsis yang error terpaksa gantian foto tidak bisa bareng. Oh iya hari pertama paginya kami menikmati fasilitas permainan tenis meja, ping pong dan bilyar di ruangan dekat kolam renang. Menurut saya penginapan Tangko Inn Resort ini value of money sangat tinggi karena dengan harga demikian bisa menikmati kolam renang, tenis meja, ping pong dan bilyar serta posisi yang sangat dekat dengan kebun raya Cibodas dan gunung Gede.
Tibalah saat cek out. Diantar satpam penginapan dan staff menggunakan motor menuju jalan besar untuk mencegat bis. Disarankan naik bis AC Marita ke kampung rambutan. Namun saat kami menunggu lewat L300 yang menawarkan ke Baranangsiang maka naiklah kami berdua dan dijalan naik lagi beberapa orang. Pada akhirnya hanya tinggal kami berdua saja yang naik sampai baranang siang. Mempertimbangkan kelelahan fisik kami kembali memakai jasa grabcar. Posisi awal yang sulit kami input data Universitas Pakuan padahal sebenarnya di depan rumah brownis di Pajajaran sebelah fave hotel. Beberapa kali telepon dengan drivernya untuk mengarahkan akhirnya kami naik grabcar juga sampai kerumah. Biayanya sama dengan awal perjalanan di hari Jumat sebelumnya.
Tiba dirumah langsung beli makanan untuk makan malam supaya perut kenyang hati senang tidur tenang.
Sampai jumpa pada perjalanan kami berikutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar