Senin, 22 Juni 2020
Tumbler Day
Hari ini Senin 22 Juni 2020. Minggu kedua penerapan new normal. Sebelumnya dipostingan Instagram Starbucks diberitahukan mengenai tumbler day dan disarankan untuk tag teman tumblermu. Tentu saja saya, MakVani dan Fia di tag oleh Sabzhu. Namun saat itu saya masih belum dapat jadwal WFO. Maka saya belum dapat memastikan apakah bisa ikutan tumbler day atau tidak. Barulah di Minggu sore menjelang malam keluar jadwal WFO dan saya dapat WFO Senin 22 Juni 2020. Sudah lama sejak tumbler day terakhir kami pergi bersama. Sebab saya sekarang lebih memilih kopi familymart dengan pertimbangan harga. Beda harga signifikan antara Starbucks dan familymart. Bahkan dengan diskon tumbler day tetap saja ada perbedaan. Satu tumbler isi kopi starbucks setara dengan dua cup kopi susu keluarga familymart. Buat lidah saya rasa kopi tak ada beda. Maklum bukan ahli kopi. Dulu, familymart sempat ada tumblerday tiap rabu. Namun entah mengapa akhirnya tak ada lagi. Amat disayangkan. Kemudian tumbler day di ganti dengan gelas plastik familymart yang dapat dipakai berulang kali. Saya lupa nama gelasnya apa. Tapi itu semacam cup dengan kualitas plastik yang lebih bagus. Dengan bring your own familymart cup bisa dapat potongan harga seribu Rupiah. Namun sejak adanya covid 19 layanan bring your own familymart cup dihilangkan. Sempat juga ada promosi apabila membayar menggunakan kartu familymart dapat potongan harga seribu Rupiah. Lagi-lagi promo tersebut hanya berjalan beberapa waktu saja. Sepertinya dengan harga normal kopi familymart tetap laku keras. Jadi tak perlu lagi promosi potongan harga seribu Rupiah. Hanya momen tertentu seperti 17 Agustus atau hari ulang tahun familymart atau perayaan tertentu saya ingat dapat membeli kopi familymart dengan harga suka-suka. Nah, harga suka-suka ini dibatasi untuk sekian pembeli pertama. Misalnya hanya untuk 100 pembeli pertama. Waktu itu sempat saya mengalami momen di mana saya adalah pembeli terakhir sebagai pembeli keseratus. Maka pembeli setelah saya harus membayar dengan harga normal. Sementara saya masih bisa membayar dengan harga suka-suka. Seingat saya di starbucks belum pernah ada promosi bayar suka-suka atau saya yang tidak tahu ya? Saya sangat menyukai brownies kopi yang di jual di starbucks. Entah mengapa sepertinya karena peminatnya sedikit atau vendornya sudah tidak bekerjasama lagi saya dapati sekarang brownies kopi tak ada lagi di menu cemilan starbucks. Di masa new normal nongkrong sambil ngobrol sambil santai di starbucks sepertinya akan lebih susah. Dengan persyaratan jaga jarak antar konsumen agak sulit untuk melakukan obrolan santai, apalagi obrolan yang rahasia. Sudah tidak bisa lagi bisik-bisik tetangga. Pun kecenderungan untuk take away pasti menjadi pilihan utama untuk saat ini. Namun untuk orang yang bekerja menggunakan laptop di cafe kondisi sekarang menurut saya justru menguntungkan. Mereka tetap bisa nongkrong di starbucks atau di cafe sambil mengerjakan tugas/proyek di laptop disertai kesadaran memesan kopi dan cemilan. Dengan catatan bekerja menggunakan laptop hanya sendirian. Kalau beramai-ramai namanya kerja kelompok. Saya tidak tahu apakah kunjungan tiap konsumen dibatasi waktunya atau tidak. Kalau waktunya terbatas, ya lebih baik mengerjakan di rumah saja. Mungkin kebiasaan bekerja di cafe berubah menjadi selingan saja bukan common things lagi. Sekedar ganti suasana demi mengurangi rasa jenuh dan bosan.
Rabu, 10 Juni 2020
New normal
Kemarin posting di FB pengalaman new normal. Saya ulangi lagi kronologisnya. Sejak dicanangkan penerapan new normal saya berpikir harus antisipasi dalam hal transportasi umum khususnya commuter. Di IG dan twitter resmi commuterline banyak menunjukkan postingan foto maupun video antrian panjang sebelum masuk stasiun. Hal ini disebabkan adanya pembatasan jumlah penumpang baik di dalam kereta maupun di peron stasiun saat menunggu kedatangan kereta. Oleh karenanya saat saya WFO Rabu 10 Juni 2020 saya berinisiatif datang lebih awal. Niatnya mau naik kereta jam 07.05 wib keberangkatan awal stasiun dekat rumah dengan keyakinan dapat duduk. Ketika saya tiba di stasiun ternyata belum ada antrian jadi saya masuk stasiun sama seperti minggu-minggu sebelumnya saat penerapan PSBB. Karena kereta keberangkatan awal masih belum datang saya duduk di lobby stasiun sekitar 20 menit sambil membaca novel berjudul Clair karya Ary Nilandari yang sangat bagus jalan ceritanya. Tak terasa kereta pun tiba dan sesuai prediksi saya bebas memilih posisi duduk. Di stasiun tanah abang juga situasi terkendali mungkin karena jumlah penumpang di pagi hari lebih sedikit dibandingkan pagi hari sebelum Covid19 melanda. Kalau dulu perebutan posisi naik eskalator sangat kompetitif, ada selak menyelak ada dorong mendorong dan sikut menyikut. Namun di masa pandemi kebrutalan kami jauh berkurang. Saat ini yang saya alami seperti kondisi libur lebaran. Lebih santai dan tenang tanpa takut ketinggalan kereta penyambung akibat panjangnya antrian naik eskalator dan kebebalan penumpang jalur kanan eskalator yang tidak mau jalan padahal hukumnya wajib. Right side to remain stand and used the Left side to proceed. Kira-kira itulah sepenggal pengumuman yang tak lelah tak jemu dikumandangkan announcer di dalam kereta sesaat sebelum memasuki stasiun. Saat berjalan perlahan menikmati sepinya area stasiun Sudirman saya dikejutkan dengan ramainya kendaraan yang bersliweran di jalan raya. Situasinya mirip seperti hari pertama orang-orang mulai masuk kantor setelah menikmati libur lebaran. Jalan raya ramai lancar oleh mobil dan motor sehingga cenderung padat merayap. Pekerjaan seminggu harus dituntaskan dalam sehari WFO membuat saya baru selesai sekitar jam 6 sore. Oh iya selama WFO yang hanya sekali dalam seminggu saya sangat merindukan bis gratis transjakarta yang keberadaannya antara ada dan tiada. Saya tidak hafal jadwal jam operasionalnya di masa PSBB maupun saat penerapan new normal. Setiap saya pulang kantor saat WFO, sejak saya berjalan dari depan kantor sampai tiba di stasiun, saya tidak pernah berpapasan dengan bis gratis transjakarta. Sepertinya memang belum berjodoh. Ternyata kekhawatiran saya mengenai antrian masuk stasiun lagi-lagi tidak terjadi. Seperti pagi yang berjalan santai sorenya saya mendapati keadaan yang sama. Tidak ada antrian masuk stasiun dan kereta cukup lowong alias terisi penumpang secukupnya. Ketertiban juga terjaga setibanya saya di stasiun tanah abang. Keberadaan PKD yang dibantu aparat TNI amat terasa. Mereka tak henti mengingatkan penumpang yang turun dari kereta penyambung dan berniat pindah peron terpapar himbauan untuk membentuk dua jalur sambil menjaga jarak. Serta melakukan kewajiban untuk penumpang yang terpaksa berdiri di sebelah kanan agar terus melaju bukan diam saja tanpa merasa bersalah. Dengan begitu perpindahan penumpang antar peron tidak mejadi brutal seperti sebelum negara api menyerang. Kebiasaan yang sudah menjadi rutinitas adalah keyakinan saya bahwa lebih nyaman duduk dibandingkan berdiri membuat saya memilih menunggu kereta berikutnya walau di peron enam sudah ada kereta yang siap berangkat. Satu hal yang sangat menyebalkan dan mengganggu adalah goride yang sementara ditiadakan karena ketentuan social distancing dan PSBB. Sebab setiap saya memesan gocar selalu harus cancel atas permintaan driver dengan alasan posisinya yang jauh dari stasiun tempat saya turun. Ini selalu terjadi setiap saya memesan gocar dari stasiun ke rumah diatas jam 4 sore. Sebab ketika saya pesan gocar sebelum jam 4 sore kendala ini tidak terjadi. Saya menganggap driver gocar pilih-pilih orderan kalau sudah malam. Mereka enggan ambil orderan yang jaraknya dekat karena tarif murah atau karena posisi mereka jauh dari stasiun. Selalu saya yang inisiatif bertanya posisi di mana dan mereka tidak pernah inisiatif memberitahu lebih dulu. Pernah saya menunggu sekitar 10 menit karena saya lihat di aplikasi gojek angka menit berkurang namun posisi mobil tidak berubah lalu tahu-tahu menitnya berubah ke posisi awal. Terpaksa saya cancel akhirnya menghubungi suami minta dijemput. Hal ini berulangkali terjadi sehingga saya amat sangat enggan memakai gocar saat membutuhkan transportasi pulang dari stasiun ke rumah dan sangat merindukan serta mengharapkan goride dapat kembali di akses. Pengalaman kemarin saya akhirnya naik angkot dan berniat lanjut dengan ojek pangkalan untuk sampai ke rumah. Namun saya kurang beruntung karena ojek pangkalan tidak ada dan hal itu memaksa saya jalan kaki dengan jarak lumayan jauh dan beban kantong belanja yang berat di bahu dan tangan. Ada yang enak dan tidak enak dalam pengalaman new normal kemarin. Baiklah, kesusahan sehari cukup untuk sehari dan esok ada kesusahannya sendiri.
Selasa, 02 Juni 2020
Juni, bulan ke enam di 2020
Awal Juni kaget dengan kabar Dwi Sasono terjerat narkoba. Masa PSBB Jakarta diperpanjang sampai 4 Juni 2020. Sementara PSBB Tangerang sampai 15 Juni 2020. Masih sering hujan tiap siang menjelang sore atau sore menjelang malam. Antara jam 1 s.d jam 7 malam bisa saja hujan turun. Entah dalam bentuk gerimis, atau hujan lebat atau hujan deras disertai angin. Akhir Mei mendapat kabar menyenangkan tentang apresiasi dari kantor berupa bonus. Lalu Ulce berinisiatif hntuk mengumpulkan donasi yang akan dibelikan sembako dan di berikan pada kaum dhuafa. Rencananya Nadpel dan Lilin akan membantu dalam distribusi. Gigi mama patah bagian depan. Sebagai ketua rt juga mengalami tuntutan dari warga terkait bansos. Dilema dalam pendaftaran warga dan pendistribusian. Ada yang tidak terdaftar tapi minta jatah. Padahal pendaftaran dilakukan oleh RT dan di verifikasi staf RW untuk diajukan ke kelurahan. Namun, ada saja kendala yang terjadi di lapangan. Untuk menelusuri data siapa saja yang terdaftar juga sulit sebab tidak dapat dibuka secara transparan. Penjelasan kenapa tidak terdaftar namanya juga ambigu. Ada yang namanya di RW sini tapi alamat rumah di RW sana. Ada yang tidak tinggal di RW sini tapi memiliki ktp RW sini bisa dapat bansos. Ada yang sudah meninggal didaftarkan ternyata masuk dan dapat bansos. Ada yang daftar online juga, namun ada yang masuk namanya ada yang tidak. Itulah yang kudengar dan tak dapat dipastikan keaslian sumber beritanya. Dalam keadaan seperti sekarang sungguhlah bansos dinantikan karena dapat sebagai penyambung hidup. Semoga segera pulih perekonomian sehingga rakyat dapat kembali memiliki penghasilan. Khususnya yang terkena dampak dalam penghasilan entah kena phk atau berkurang pendapatan. Mari hadapi segalanya dengan keyakinan pertolonganku adalah dari Tuhan yang menjadikan langit dan bumi.
Langganan:
Postingan (Atom)